Salam pecinta cerpen setanah air :)
kali ini saya postkan cerpen HARI KEBERUNTUNGAN yang konyol :v
tpi woles gk bakal nyesel dech lok baca ampek akhir ceritannya :)
selamat membaca dan menikmati hari-harimu dengan penuh senyuman indahmu :)
let's go !!!!
kali ini saya postkan cerpen HARI KEBERUNTUNGAN yang konyol :v
tpi woles gk bakal nyesel dech lok baca ampek akhir ceritannya :)
selamat membaca dan menikmati hari-harimu dengan penuh senyuman indahmu :)
let's go !!!!
“08.17.”
“Arrgghh!!! Aku telat!!!” teriakku keras saat melihat jam di handphoneku.
“Arrgghh!!! Aku telat!!!” teriakku keras saat melihat jam di handphoneku.
Teriak-teriak gak jelas sambil memakai
baju, mulutku terus mengoceh kesal. Dan kali ini aku ke kampus tanpa make
bedak, lipstick bahkan eyeliner pun tidak. Aku takut telat karena tidak akan
diizinkan si dosen masuk ruangan. Dengan cepat asal saja aku masukkan buku-buku
ke dalam tas. Tidak lupa aku memasukkan handphoneku juga. Saat sedang mengunci
pintu, tiba-tiba ada yang meneleponku. Aku heran mengapa jam-jam segini ada
yang meneleponku. Tangan kananku sedang berusaha mengunci pintu sembari
membantu handphoneku menempel ke telingaku.
“Halo, halo… halo bang?” tanyaku pada
seseorang di balik telepon itu. Saking terburu-burunya, handphoneku pun
terjatuh.
Praakk!! Dan sambungan telepon itu juga terputus. Tuttt! Tuttt! Tuttt!
“Oh my god!” ucapku kesal.
Praakk!! Dan sambungan telepon itu juga terputus. Tuttt! Tuttt! Tuttt!
“Oh my god!” ucapku kesal.
Saat mengambil handphone yang jatuh, aku
melihat kancing bajuku masih terbuka. Untung saja aku pake tank top jadi tidak
kelihatan isi di dalamnya. Lalu aku dengan cepat mangancingkannya. “Ya Tuhan
kenapa aku kacau sekali hari ini” teriakku kesal dalam hati.
Kemudian dengan langkah terburu-buru aku menuju kampus. Aku menelepon seorang teman untuk menanyakan si dosen sudah masuk atau belum.
“Titt. Titt. Halo?”
“Hah, halo. Udah datang bapak itu?”
“Belum. Cepatkan kaulah.”
“Oke, oke.”
Lalu ku tutup pembicaraan singkat itu segera.
Kemudian dengan langkah terburu-buru aku menuju kampus. Aku menelepon seorang teman untuk menanyakan si dosen sudah masuk atau belum.
“Titt. Titt. Halo?”
“Hah, halo. Udah datang bapak itu?”
“Belum. Cepatkan kaulah.”
“Oke, oke.”
Lalu ku tutup pembicaraan singkat itu segera.
Dan untuk kesekian kalinya aku harus naik
becak. Aku paling tidak suka naik becak, tapi apa daya daripada aku telat, ya
kan? Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di kampus. Dengan setengah
berlari aku menuju ruangan. Entah kenapa mahasiswa lain melihatiku. Mereka
bisik-bisik, bahkan ada yang tersenyum dan tertawa juga. What’s wrong with me?
I don’t know. Whatever-lah.
Hari ini kami ada kuis, so wajar kalau
teman-temanku sudah duduk manis di kursinya sambil membaca buku. Dengan langkah
siput, aku menanyakan temanku dari luar ruangan untuk memastikan si dosen sudah
masuk atau belum. And I so lucky, si dosen belum datang. Dengan cepat aku
masuk, tapi teman-teman menertawaiku. Saat itu ribut sekali.
“Yang baru bangunnya kau, Ndah? Berantakan kali rambutmu” sambut seorang temanku cowok sambil tersenyum geli.
“Hehehe, iya. Gak sempat lagi nyisir rambut” jawabku cengengesan.
Udah terburu-buru dari kos, ehh ternyata si dosen lupa kalau hari ini ada kuis. Tapi gak apa-apa. Paling tidak pikiranku sedikit ringan. Hari itu lama sekali waktu berputar. Satu jam saja terasa seperti satu windu. Mata bengkak, penampilan berantakan serta muka pucat karena kurang tidur.
“Yang baru bangunnya kau, Ndah? Berantakan kali rambutmu” sambut seorang temanku cowok sambil tersenyum geli.
“Hehehe, iya. Gak sempat lagi nyisir rambut” jawabku cengengesan.
Udah terburu-buru dari kos, ehh ternyata si dosen lupa kalau hari ini ada kuis. Tapi gak apa-apa. Paling tidak pikiranku sedikit ringan. Hari itu lama sekali waktu berputar. Satu jam saja terasa seperti satu windu. Mata bengkak, penampilan berantakan serta muka pucat karena kurang tidur.
Jam sepuluh lewat aku sudah sampai di kos.
Ku manjakan tubuhku di atas kasur empukku hingga terlelap ke alam sadar. Aku
ingin membalas tidurku yang kurang tadi subuh. Dalam sekejap aku terbangun
karena aku merasa ada beban di pikiranku. Ya! Tugas kuliah dan peka-elku belum
selesai.
“Mampus aku.” Dengan cepat ku keluarkan notebookku dari lemari yang berada tepat di depan kasurku.
“Mampus aku.” Dengan cepat ku keluarkan notebookku dari lemari yang berada tepat di depan kasurku.
Mulai menjelajahi mbah google untuk
mencari jawabannya, tapi gak dapat-dapat juga. Di sisi lain pikiranku lari ke
pemira fakultasku yang akan diadakan akhir bulan ini. Organisasiku akan
melakukan koalisasi dengan organisasi lain. Dan kami akan mengadakan pertemuan
malam ini di kosku. Aku mendapat telepon kalau nanti sore ada bedah buku di
sebuah cafe. Aku diminta untuk mengumpulkan massa menghadiri acara yang
diadakan caleg itu. Yaa… katanya sih tahun ini tahunnya politik.
Acaranya cukup menarik, tapi menarik
karena aku yang lapar bisa dengan seenaknya menyantap makanan yang disediakan
pihak cafe. Menunya simpel seperti kacang rebus, goreng pisang, ubi goreng
dengan pilihan minuman teh manis dan kopi. Belum lagi ditengah-tengah acara,
kedua teman pengurusku adu mulut. Capcus deh.
Jumat ini cuaca tidak mendukung. Kadang
gerimis, bahkan hujan. Karena cuaca ini pertemuan kami terpending sampai jam
sepuluh kurang. Banyak hal yang kami bahas dengan pihak koalisi. Hingga jam dua
belas malam lewat aktivitas organisasiku terhenti. Akhirnya ku berikan
kesempatan untuk tubuhku menikmati masa-masa indahnya dengan terlelap dalam
mimpi.
Flashback penyebab aku telat.
Flashback penyebab aku telat.
“05.00.”
Alarm handphoneku berbunyi. Aku sengaja menyetel alarm biar bisa bangun cepat. Mataku tidak ingin melihat dunia, ia masih ingin dalam kegelapan subuh itu. Mau atau tidak aku memaksakan mataku terbuka. Aku menelepon si do’i. Ternyata ia belum ada tidur semalaman. Kami hanya sebentar saja mengobrol karena gratisan telepon sudah habis. Membaca buku subuh itu tidak lantas diterima dengan cepat oleh otakku. Sepertinya otakku masih tidur. Lalu ku baringkan lagi tubuhku di kasur sambil memeluk bantal guling. Dan aku pun tertidur.
Alarm handphoneku berbunyi. Aku sengaja menyetel alarm biar bisa bangun cepat. Mataku tidak ingin melihat dunia, ia masih ingin dalam kegelapan subuh itu. Mau atau tidak aku memaksakan mataku terbuka. Aku menelepon si do’i. Ternyata ia belum ada tidur semalaman. Kami hanya sebentar saja mengobrol karena gratisan telepon sudah habis. Membaca buku subuh itu tidak lantas diterima dengan cepat oleh otakku. Sepertinya otakku masih tidur. Lalu ku baringkan lagi tubuhku di kasur sambil memeluk bantal guling. Dan aku pun tertidur.
“06.43.”
Aku terbangun. Sebenarnya selama hampir dua jam itu aku sesekali bangun untuk mengecek jam. Aku pun mandi dan menyegarkan tubuhku. Airnya dingin sekali. Tubuhku menggigil. Selesai itu, aku baringkan tubuhku kembali sembari menunggu jam delapan, tapi? Aku pun tertidur pulas hingga terlambat bangun.
Aku terbangun. Sebenarnya selama hampir dua jam itu aku sesekali bangun untuk mengecek jam. Aku pun mandi dan menyegarkan tubuhku. Airnya dingin sekali. Tubuhku menggigil. Selesai itu, aku baringkan tubuhku kembali sembari menunggu jam delapan, tapi? Aku pun tertidur pulas hingga terlambat bangun.
The End
Sumber : www.google.co.id